diabetes
pic : freedigitalphotos.net

Apoteker Harus Tahu Interaksi Obat Diabetes yang Harus Dihindari

GudangIlmuFarmasi – Pasien dengan diabetes memiliki pilihan rejimen terapi yang lebih kompleks dibanding lainnya, sehingga apoteker harus memberikan perhatian khusus untuk interaksi obat yang potensial dengan agen antidiabetes.

Interaksi obat dapat menurunkan khasiat obat atau meningkatkan toksisitas, beban rejimen terapi yang lebih besar dan membutuhkan kepatuhan pasien serta menambah efek samping.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa manfaat dari obat kardiovaskular yang dipilih dengan hati-hati lebih besar daripada risiko mereka. Selain itu, apoteker harus tahu fakta-fakta berikut:

  • Sulfonilurea, thiazolidinediones, meglitinides, dan dipeptidyl-peptidase-4 inhibitor (DDP-4s) yang paling rentan terhadap interaksi.
  • Glukagon-like peptide-1 (GLP-1) agonis dan natrium-glukosa transportasi protein (SGLT-2) inhibitor yang paling tidak terpengaruh oleh interaksi obat.
  • Dokter harus mempertimbangkan aksi penyerapan yang berubah dan tindakan transporter, suplemen herbal, dan interaksi sitokrom (CYP) P450 ketika memilih obat untuk pasien dengan diabetes.

Sebuah tim peneliti baru-baru ini membahas interaksi farmakodinamik dan farmakokinetik obat antidiabetes dalam sebuah studi baru yang diterbitkan pada bulan April 2016 di jurnal Therapeutic Advances in Endocrinology and Metabolism.

Para penulis studi melakukan tinjauan literatur menggunakan istilah interaksi obat, diabetes mellitus, terapi tipe 2 / obat, manusia, dan agen hipoglikemik / efek samping. Mereka juga menciptakan sebuah dokumen ringkasan yang mengingatkan apoteker tentang kemungkinan interaksi obat yang ringkas dan menyeluruh.

Berikut adalah beberapa temuan signifikan mereka:

  • Hipoglikemia sulfonilurea diinduksi dan diperparah oleh co-administrasi dengan antijamur azole, klaritromisin, verapamil, inhibitor angiotensin-converting enzyme (ACE), DPP-4s, dan agonis GLP-1.
  • Toksisitas Metformin lebih mungkin terjadi dengan antikolinergik karena meningkatnya penyerapan dan agen nefrotoksik (misalnya, media kontras iodinasi).
  • Toksisitas thiazolidinedione diperkuat dengan inhibitor CYP P450 2C8 (misalnya, ketoconazole, gemfibrozil, rifampisin, fluvoxamine, dan trimetoprim).
  • Konsentrasi Saxagliptin dipengaruhi oleh inhibitor CYP3A4 dan induser, dan ACE inhibitor meningkatkan risiko angioedema terinduksi bradikinin.
  • Ginseng menginduksi CYP3A4 (penurunan glibenclamide, pioglitazone, meglitinides, sitagliptin, dan konsentrasi saxagliptin) dan merangsang sekresi insulin.
  • St John Wort menginduksi CYP3A4, 1A2, 2D6, dan 2E1 (penurunan sulfonilurea, thiazolidinediones, meglitinides, dan DPP-4 inhibitor) dan menginduksi pompa p-glikoprotein.
  • Sulfonilurea, thiazolidinediones, dan meglitinides dipengaruhi oleh interaksi enzim hati, toksisitas metformin dimediasi oleh nefrotoksisitas, sedangkan inhibitor dipeptidyl-peptidase-4 kurang dipengaruhi oleh enzim hati.
Baca :  Draft Rancangan Undang-Undang Tentang Praktik Apoteker

Sumber : http://www.pharmacytimes.com/resource-centers/diabetes/drug-interactions-diabetics-should-avoid

About Nasrul Wathoni

Nasrul Wathoni, Ph.D., Apt. Pada tahun 2004 lulus sebagai Sarjana Farmasi dari Universitas Padjadjaran. Gelar profesi apoteker didapat dari Universitas Padjadjaran dan Master Farmasetika dari Institut Teknologi Bandung. Gelar Ph.D. di bidang Farmasetika diperoleh dari Kumamoto University pada tahun 2017. Saat ini bekerja sebagai dosen dan peneliti di Departemen Farmasetika, Farmasi Unpad.

Check Also

Peran dan Fungsi Kolegium Setelah Terbitnya UU Nomor 17 Tahun 2023 Tentang Kesehatan

Gudang Ilmu Farmasetika – Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan, landscape kesehatan …