emulsi

Apoteker Harus Tau, Prinsip Sediaan Emulsi dan Kestabilannya

GudangIlmuFarmasi – Emulsi merupakan suatu sistem dispersi, dimana salah satu fase terdispersi dalam fase lainnya dengan adanya suatu zat pengemulsi.

Emulsi terbagi menjadi dua tipe, yaitu emulsi sederhana atau emulsi ganda. Emulsi sederhana dapat berbentuk emulsi air dalam minyak (A/M) atau emulsi minyak dalam air (M/A).Emulsi ganda dapat berbentuk emulsi air dalam minyak dalam air (A/M/A) atau emulsi minyak dalam air dalam minyak (M/A/M). 

Tipe emulsi akan mempengaruhi sifat-sifat fisik emulsi. Selain itu, tipe emulsi yang berbeda juga dapat menghasilkan pelepasan zat yang berbeda (Ainurofiq, 2006). Oleh sebab itu, dalam kontrol kualitas suatu emulsi, determinasi tipe emulsi merupakan hal mendasar yang perlu dilakukan.

Daftar Isi

Apa itu Emulsi?

Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispers terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur. Dalam batasan emulsi, fase terdispers dianggap sebagai fase dalam dan medium dispersi sebagai fase luar atau fase kontinu. 

Umumnya untuk membuat suatu emulsi yang stabil, perlu fase ketiga atau bagian ketiga dari emulsi yakni zat pengelmulsi (emulsifying agent).

Tipe Emulsi dan Sifat Emulsi

Tipe Emulsi

Tipe Emulsi yang pertama omo atau sebagai “minyak dalam air” atau “air dalam minyak” dari emulsi. Jenis emulsi tergantung pada sifat-sifat fase terdispersi dan fase kontinyu. Jika fasa minyak didispersikan dalam fasa berair kontinu, emulsi dikenal sebagai “minyak dalam air”. Jika fase air adalah fase terdispersi dan fase minyak adalah fase kontinu, maka dikenal sebagai “air dalam minyak”

Apakah emulsi minyak dan air berubah menjadi emulsi “air dalam minyak” atau emulsi “minyak dalam air” tergantung pada fraksi volume kedua fase dan jenis pengemulsi yang digunakan untuk mengemulsi mereka.

Tipe Emulsi

Sifat Emulsi

  • Partikel-partikel emulsi tak terhindarkan membentuk struktur tak omogeny yang dinamis dalam skala kecil.
  • Emulsi adalah sistem yang sangat tidak stabil dan memerlukan zat pengemulsi atau pengemulsi (Ini biasanya merupakan zat aktif permukaan yang juga dikenal sebagai “surfaktan”).
  • Emulsi dibuat dengan pencampuran kontinu atau agitasi dari dua fase
  • Ketika disimpan untuk jangka waktu yang lebih lama atau dalam kasus tidak adanya zat pengemulsi, fase dalam emulsi cenderung terpisah, menghasilkan “retak emulsi” atau “fase inversi”.
Baca :  Daftar Program Studi D3, S1 Farmasi dan Profesi Apoteker yang Terakreditasi BAN-PT 2019

Bagaimana mekanisme pembentukan emulsi?

Dalam pembentukan emulsi terlebih dahulu tegangan permukaanditurunkan dengan menambahkan surfaktan jenis emulgator yang akanteradsorpsi ke dalam tetes cairan dan memecah tetes cairan tersebut menjaditetesan yang lebih kecil, kemudian emulgator akan membentuk sebuah lapisan pelindung pada tiap-tiap tetes cairan untuk mencegah terjadinya koalesens,dengan cara bagian hidrofilik akan mengarah ke air dan bagian lipofilik akanmengarah ke minyak. Selanjutnya untuk mencegah antara tetes dispersi yangsatu dengan yang lainnya berdekatan (saling melekat), maka dibutuhkanadanya suatu potensial zeta yang dapat menimbulkan lapisan listrik gandasehingga terjadi gaya tolak menolak antar tetes terdispersi. Agar terbentuksuatu misell, maka dibutuhkan sejumlah surfaktan untuk mencapai CMC(Critical Micelle Concentration). Sehingga dapat menghasilkan suatu emulsiyang lebih stabil. Penggunaan emulgator ganda akan menghasilkan emulsi yang lebihstabil karena dapat menghasilkan lapisan pelindung ganda pada permukaan tetesan.

Macam  – macam Kerusakan Emulasi

  • Creaming : Merupakan merupakan suatu bentuk kerusakan emulsi secara estetika.Hal ini pasti terjadi pada zat terdispersi yang memiliki bobot jenis yanglebih besar dibandingkan dengan zat pendispersinya. Kerusakan ini bersifat reversibel dan dapat diatasi dengan melakukan pengocokan.
  • Flokulasi : Kerusakan ini terjadi akibat lemahnya gaya tolak menolak (potensialzeta) antara tetes-tetes terdispersi, sehingga mengakibatkan tetesterdispersi tersebut saling berdekatan. Hal ini dapat diatasi juga dengan pengocokan, namun untuk mencegah terjadinya pelekatan yang kuat, makaditambahkan koloid pelindung (musilago) untuk melindungi permukaantetes terdispersi tersebut, jadi akan mudah terlepas saat dikocok.
  • Oswald Ripening : Merupakan suatu jalan untuk menuju ke sebuah koalesens(penggabungan tetes terdispersi).
  • Koalesens : Merupakan suatu bentuk kerusakan yang diakibatkan oleh kurangnyasurfaktan yang digunakan, sehingga lapisan pelindung pada permukaantetesan lemah. Jadi tetesan tersebut akan berfusi (bergabung) membentuksuatu tetesan yang berdiameter lebih besar. Kerusakan ini bersifatirreversibel dan akan menyebabkan terjadinya pemisahan fase (cracking).
  • Inversi fase : Kerusakan ini terjadi karena volume fase terdispersi hampir sama jumlahnya dengan fase pendispersi sehingga terjadi perubahan tipe dario/w menjadi w/o atau sebaliknya
Baca :  Peristiwa Sejarah Lahirnya Ilmu Farmasi dari Zaman Purba Hingga Papyrus Ebers

Bagaimana peran seorang apoteker terhadap stabilitas suatu sediaan ?

Peranan ahli farmasi terhadap stabilitas suatu sediaan obat sangatlah penting, baik obat-obatan yang bentuk padat hingga sediaan yang berbentuk cair. Dilihat dari tingkat ketidakstabilan senyawa obat, sediaan cair merupakan sediaan yang cenderung tidak stabil dan lebih mudah mengalami ketidakstabilan fisik maupun kimia. Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdipersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.

Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan suatu emulgator merupakan faktor yang penting untuk dipertimbangkan oleh seorang farmasis karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satu emulgator yang banyak digunakan adalah zat aktif permukaan atau surfaktan. Mekanisme kerja emulgator ini adalah menurunkan tegangan antarmuka air dan minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan fase terdispersi.

Bagaimana cara membedakan sediaan yang mengalami kerusakan dan sediaan yang stabil?

Untuk mengetahui sediaan yang mengalami kerusakan maupun sediaan yang stabil pada umumnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik secara pengujian tertentu ataupun pengamatan secara visual. Kerusakan pada sediaan emulsi biasanya ditandai dengan terbentuknya flokulasi, creaming, koalesen, dan demulsifikasi. Untuk sediaan yang stabil tidak terjadi perubahan.

Saran farmasis untuk konsumen/pasien ?

Disarankan untuk para konsumen untuk memperhatikan cara penggunaan dan penyimpanan obat. Untuk sediaan emulsi dilakukan pengocokan terlebih dahulu untuk menjamin fase dalam yang merata dalam pembawa. Untuk penyimpanan sediaan emulsi kecuali dinyatakan lain, di simpan didalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk dalam botol atau pot sesuai dengan viskositas emulsi. Sebelum mengkonsumsi obat, pasien harus melihat kondisi obat terlebih dahulu dengan melakukan pengecekan secara visual dan memperhatikan tanggal kadaluarsa.

Baca :  Sejarah Farmasi Rumah Sakit Pertama dan Apoteker Ahli Kimia Penemu Oksigen

Daftar pustaka :

  • Ansel, H.C., 1995, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press; Jakarta
  • Lachman Leon, 2007. Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi Ketiga. Penerbit Universitas Indonesia Press : Jakarta.
  • Martin, A. 2008.Farmasi Fisika, Buku I. UI Press : Jakarta
  • Sinko, P. 2011. Farmasi Fisika, Buku II. UI Press : Jakarta
  • R. Foudazi, S. Qavi, I. Masalova, A.Y. Malkin, Physical chemistry of highly concentrated emulsions, Adv. Colloid Interface Sci. 220 (2015) 78–91.
  • L. Bai, S. Huan, J. Gu, D. Julian, Food Hydrocolloids Fabrication of oil-in-waternanoemulsions by dual-channel micro fluidization using natural emulsifiers: saponins,phospholipids, proteins, and polysaccharides, Food Hydrocoll. 61 (2016)703–711.
  • X. Luo, Y. Zhou, L. Bai, F. Liu, R. Zhang, Z. Zhang, B. Zheng, Y. Deng, D.J. McClements, Production of highly concentrated oil-in-water emulsions using dual-channel microfluidization: use of individual and mixed natural emulsifiers (saponin and lecithin), Food Res. Int. 96 (2017) 103–112.

Penulis : Novaliana Devianti Sagita, Program Magister Farmasi, Konsentrasi Farmasetika dan Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran.

About farset

Situs http://gudangilmu.farmasetika.com/ merupakan sebuah website tutorial yang berisi “Gudang Ilmu Farmasi” atau kumpulan tulisan maupun data (database) dan fakta terkait kefarmasian yang dikategorikan kedalam pengetahuan yang cenderung tidak berubah dengan perkembangan zaman.

Check Also

8 Kampus Ekstensi yang Menerima D3 ke S1 Farmasi

GudangIlmuFarmasi – Bagi mahasiswa yang telah lulus jenjang Diploma 3 (D3) Farmasi ingin melanjutkan ke …