Mengapa Hampir Semua Obat Termasuk Obat Herbal Memiliki Efek Samping?

GudangIlmuFarmasi – Tulisan kali ini membahas “Mengapa Hampir Semua Obat Termasuk Obat Herbal Memiliki Efek Samping?” dari beberapa sumber yang ada. Contoh sederhana dari efek samping sebuah obat adalah jantung berdebar, mulut kering, mual, sembelit dan lainnya yang sering tercantum di label obatnya.

Daftar Isi

Alasan obat memiliki efek samping

Menurut ahli farmakologi, Prof. Zullies dalam blog pribadinya bahwa hampir sebagian besar obat memiliki efek samping karena jarang sekali obat yang beraksi cukup selektif pada target aksi tertentu.

Suatu obat bisa bekerja pada suatu reseptor tertentu yang terdistribusi luas dalam berbagai jaringan di tubuh. Sehingga walaupun sasarannya adalah reseptor pada pembuluh darah jantung misalnya, ia bisa juga bekerja pada reseptor serupa yang ada di saluran nafas, sehingga menghasilkan efek yang tak diinginkan pada saluran nafas.

Contohnya, obat anti hipertensi propanolol dapat memicu serangan sesak nafas pada pasien yang punya riwayat asma. Semakin selektif suatu obat terhadap target aksi tertentu, semakin kecil efek sampingnya. Dan itulah yang kemudian dilakukan pada ahli produsen obat untuk membuat suatu obat yang semakin poten, semakin selektif terhadap target aksi tertentu, sehingga makin kurang efek sampingnya.

Selain itu banyak faktor lainnya yang mempengaruhi terjadinya efek samping, salah satunya adalah dosis obat.

Respon dosis obat yang tepat

Salah satu prinsip yang paling penting dalam farmakologi dan dari banyak penelitian pada umumnya adalah konsep yang disebut “dosis respon.” Sama seperti istilah menyiratkan, gagasan ini mengacu pada hubungan antara beberapa efek, sebagai contoh obat untuk menurunkan tekanan darah dan jumlah dosis obat. Para ilmuwan percaya tentang data dosis-respons karena ini merupakan hubungan matematika yang menandakan bahwa obat bekerja sesuai dengan interaksi spesifik antara molekul yang berbeda dalam tubuh.

Baca :  Blue Print Ujian Kompetensi Apoteker Indonesia Metode CBT dan OSCE
kurva dosis-respons menentukan berapa banyak obat (X-axis) menyebabkan efek tertentu, atau efek samping, dalam tubuh (Y-axis). (publications.nigms.nih.gov)
Kurva dosis-respon menentukan berapa banyak obat (X-axis) menyebabkan efek tertentu, atau efek samping, dalam tubuh (Y-axis). (publications.nigms.nih.gov)

Terkadang dibutuhkan bertahun-tahun untuk mencari tahu persis dari bentuk molekul obat dan reseptor yang tepat. Sebuah “kurva dosis-respons” khas menunjukkan efek dari apa yang terjadi (vertikal Y-axis) ketika semakin banyak obat ditambahkan ke percobaan (horizontal X-axis). Efek samping pun akan terjadi pada dosis obat tertentu

Kelas-kelas obat yang menyebabkan efek samping

Efek samping yang tidak diinginkan dapat disebabkan oleh semua jenis obat-obatan, termasuk obat resep dan obat over-the-counter (OTC), obat komplementer/alternatif termasuk obat herbal, vitamin, dan beberapa produk dibagikan oleh praktisi lainnya dari pengobatan komplementer.

Obat Resep dan OTC

Semua obat termasuk obat resep dan obat bebas/OTC memiliki risiko serta manfaat. Manfaat obat adalah bahwa mereka dapat meningkatkan kesehatan pasien, seperti mengobati penyakit, menyembuhkan infeksi, atau menghilangkan rasa sakit. Risiko adalah efek yang tidak diinginkan atau tidak terduga akan terjadi ketika menggunakan obat-obatan.

Misalnya, antibiotik golongan sulfonamide dan penisilin bisa menyebabkan reaksi alergi pada sekitar lima persen dari populasi. Ruam kulit adalah reaksi umum. Namun, apakah reaksi disebabkan oleh obat atau penyakitnya, belum bisa dipastikan. Sebuah komplikasi lebih lanjut bisa terjadi melalui interaksi dengan obat lain, termasuk obat alternatif.

Obat alternatif

Banyak orang percaya bahwa obat alternatif atau pelengkap, seperti obat herbal, lebih aman karena mereka berasal dari sumber alami. Hal ini tidak selalu benar. Beberapa tumbuhan dapat bertindak pada tubuh yang kuat seperti halnya obat konvensional, dan efek samping yang tidak diinginkan dapat terjadi.

Pada hakekatnya ketika seseorang mengkonsumsi obat herbal dari tanaman tertentu, maka zat aktif yang ada di tanaman tersebut akan bereaksi dengan reseptor di dalam tubuh, sama halnya dengan konsep penyembuhan pada obat konvensional. Oleh karenanya dosis penggunaan obat herbal pun perlu diketahui dan efek samping pun mungkin terjadi.

Baca :  Begini Proses Penyebaran Resistensi Antibiotik yang Bersumber dari Hewan Ternak

Contoh efek samping :

Echinacea – lebih dari 20 jenis reaksi telah dilaporkan, termasuk serangan asma, gatal-gatal, bengkak, sakit otot dan gangguan pencernaan.
Ginkgo biloba – bisa memperlambat proses pembekuan darah.
Sambiloto – tanaman ini bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh, namun bisa juga berbahaya jika sambiloto dikonsumsi oleh penderita penyakit autoimun.
Pegagan – tidak boleh dikonsumsi oleh orang yang memiliki gangguan organ hati. Menurut penelitian, mengonsumsi pegagan bisa meningkatkan risiko kerusakan hati.

Interaksi obat

Interaksi obat bisa bisa menyebabkan efek samping dan bisa terjadi antara obat-obat, obat-makanan, obat dengan penyakit tertentu, bahkan interaksi ketika proses ADME (absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekresi). Khusus untuk topik ini akan dibahas di artikel lainnya.

Tips menghindari efek samping

Ada beberapa tips untuk pasien dan apoteker agar terhindar dari efek samping, diantaranya :

Pasien

  • Konsumsi semua obat-obatan secara ketat sesuai yang disarankan. Minum obat tidak benar dapat menyebabkan efek samping.
  • Jangan mengkonsumsi obat milik orang lain.
  • Pelajari tentang obat Anda. Semua obat-obatan resep memiliki selebaran informasi atau etiket. Ini termasuk informasi rinci tentang obat, termasuk penggunaan, efek samping dan tindakan pencegahan. Apoteker bisa membantu menterjemahkan hal-hal yang tidak dimengerti.
  • Beritahu dokter tentang semua obat-obatan yang Anda konsumi, termasuk resep, over-the-counter dan obat komplementer.
  • Konsultasikan kepada dokter anda terkait gaya hidup, karena dapat mengurangi kebutuhan Anda untuk obat-obatan. Beberapa kondisi bisa lebih baik dikelola dengan perubahan diet dan olahraga teratur.
  • Kembalikan obat-obatan yang tidak diinginkan/ kedaluwarsa ke apotek untuk dibuang ke tempat yang aman lingkungan.
  • Tanyakan kepada dokter atau apoteker pertanyaan Anda, sehingga Anda dapat dengan jelas memahami manfaat dan risiko dari obat-obatan Anda.
  • Harus disadarai bahwa obat-obatan yang dibeli di supermarket juga dapat menyebabkan efek samping.
Baca :  Apoteker Harus Tahu Interaksi Obat Diabetes yang Harus Dihindari

Apoteker

  • Berikan saran kepada calon pembeli obat over-the-counter tentang efek samping dan interaksi dengan obat-obatan lain.
  • Seorang apoteker dapat menanyakan dan meninjau semua obat-obatan yang dikonsumsi oleh pasien. Obat-obatan dianggap tidak lagi diperlukan harus dihentikan.
  • Jelaskan terkait dosis dan jadwal mengatur konsumsi obatnya. Pasien akan berisiko membuat kesalahan jika memiliki banyak obat-obatan yang berbeda pada waktu yang berbeda.

Setiap obat memiliki zat aktif, pada umumnya zat aktif ini berawal dari ektraksi atau pemurnian dari tanaman obat. Zat aktif memiliki struktur kimia tertentu. Tidak heran obat bisa dikatakan sebuah racun. Oleh karenanya bijaklah dalam penggunaan obat. Selalu tanyakan kepada Apoteker terkait penggunaan obat jika membingungkan.

Sumber :

https://zulliesikawati.wordpress.com/tag/efek-samping-obat/
https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/medicines-and-side-effects
http://www.alodokter.com/panduan-mengonsumsi-obat-herbal
https://publications.nigms.nih.gov/medbydesign/chapter1.html#a4

About Nasrul Wathoni

Nasrul Wathoni, Ph.D., Apt. Pada tahun 2004 lulus sebagai Sarjana Farmasi dari Universitas Padjadjaran. Gelar profesi apoteker didapat dari Universitas Padjadjaran dan Master Farmasetika dari Institut Teknologi Bandung. Gelar Ph.D. di bidang Farmasetika diperoleh dari Kumamoto University pada tahun 2017. Saat ini bekerja sebagai dosen dan peneliti di Departemen Farmasetika, Farmasi Unpad.

Check Also

Peran dan Fungsi Kolegium Setelah Terbitnya UU Nomor 17 Tahun 2023 Tentang Kesehatan

Gudang Ilmu Farmasetika – Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan, landscape kesehatan …