GudangIlmuFarmasi – Pengujian Endotoksin Bakteri atau Bacterial Endotoxin Test (BET) dapat dilakukan untuk mendeteksi pirogen yang berbahaya dalam produk farmasi dan air untuk injeksi dengan menggunakan metode gel clot.
Daftar Isi
Apa itu Bacterial Endotoxin Test (BET)?
Bacterial Endotoxin Test (BET) merupakan suatu pengujian in vitro yang biasanya dilakukan untuk mengidentifikasi adanya endotoksi. Endotoksin umumnya juga dikenal sebagai piroden dan utamanya dihasilkan oleh bakteri gram negatif.
Prinsip BET membuat pengujian ini menjadi uji yang paling sensitive untuk memungkinkan seseorang dapat mendeteksi dan memperoleh jumlah endotoksin, yang merupakan toksin yang paling dikenal karena menyebabkan demam pada manusia.
Produk-produk farmasi dapat terkontaminasi selama tahap pemurnian, pengolahan, dan pengemasan sehinggan BET digunakan untuk mengkonfirmasi bahwa produk tidak terkontaminasi sebelum diberikan untuk penggunaan pada manusia.
Prosedur BET
Untuk menguji keberadaan endotoksin pada suatu sampel, sampel ditambahkan lysate, suatu enzim yang diperoleh dari horse shoe crab yang dihasilkan secara spesifik dari sel-sel hemolimfa horse shoe crab. Prosedur BET didasarkan pada reaksi fisiologis antara endotoksin dan amoebosit yang ditemukan pada darah horse shoe crab.
Fungsi amoebosit adalah untuk memberikan mekanisme pertahanan pada horse shoe crab terhadap pathogen. Amoebosit memiliki granul yang mengandung faktor penggumpalan yang biasanya dilepaskan jika amoebosit bertemu dengan endotoksin dan menghasilkan suatu gumpalan. Efek fisiologis antara endotoksin dan fatktor penggumpalan tersebut merupakan prinsip yang mendasari prosedur BET.
Fungsi BET
BET mengidentifikasi gumpalan gel (gel clot) yang terbentul saat endotoksin mengalami kontak dengan protein penggumpalan dari amoebosit limulus. Preclotted enzyme biasanya diaktivasi dengan kombinasi endotoksin dan kalsium.
Enzim penggumpalan aktif tersebut mengatalisis konversi procoagulogen menjadi suatu unit yang terdiri atas polipeptida, yang merupakan suatu koagulogen. Subunit-subunit ini kemudian bergabung dengan ikatan disulfida untuk membentuk gel clot. Endapannya kemudian diukur dengan menggunakan spektrofotometri untuk menentukan adanya endotoksin dalam suatu sampel.
Metode BET
Terdapat tiga metode umum BET yang biasa dilakukan. Teknik gel clot biasanya mengukur dan mendeteksi endotoksin melalui proses pembentukan gel. Metode turbidimetrik biasanya mendeteksi jumlah berdasarkan ukuran kekeruhan.
Sampel yang diduga mengandung endotoksin dimasukkan ke dalam suatu larutan yang mengandung substrat endogen. Substrat ini kemudian pecah saat penambahan sampel yang mengandung endotoksin dan menghasilkan kekeruhan. Pembentukan kekeruhan mengindikasikan keberadaan endotoksin dalam suatu sampel. Metode kromogenik menguji endotoksin melalui pembentukan warna.
Sampel yang diduga mengandung endotoksin dimasukkan ke dalam suatu larutan yang mengandung suatu kompleks sintetik yang terbuat dari peptide-kromo-gen. Pembentukan warna pada larutan merupakan indikasi adanya endotoksin dalam sampel.
Prinsip sederhana yang diterapkan oleh BET ini menjadikannya jauh lebih praktis jika dibandingkan dengan metode pengujian lainnya. Dengan metode BET, pengujian mudah dilakukan dan hasil uji dapat diperoleh dalam waktu satu jam. Pengujian ini juga menghilangkan kebutuhan untuk menggunakan hewan dalam pengujian produk farmasi.
Sumber:
Principle of Bacterial Endotoxin Test. http://www.pharmaguideline.com/2017/01/principle-of-bacterial-endotoxin-test.html (diakses 9 Februari 2017)