X

Butylated hydroxyanisole (BHA) Sebagai Antioksidan Dalam Sediaan Liquid

Gambar oleh PublicDomainPictures dari Pixabay

GudangIlmuFarmasi – Setiap sediaan liquid memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing sesuai dengan bahan yang digunakan pada formulasi.

Antioksidan merupakan eksipien yang digunakan untuk mengontrol reaksi oksidasi. Reaksi oksidasi dapat dicegah dengan melakukan beberapa modifikasi sediaan atau formula seperti dengan melakukan penyesuaian pH, menambahkan zat agen chelating atau antioksidan, atau melakukan perlindungan dari cahaya dan oksigen.

Butylated hydroxyanisole merupakan zat antioksidan yang juga memiliki sifat antimikroba, sehingga sering digunakan dalam berbagai sediaan kosmetik, makanan, dan obat-obatan.

Daftar Isi

Jenis sediaan farmasi

Pada kehidupan sehari-hari kita tidak akan lepas dari penggunaan sediaan-sediaan farmasi, baik itu sediaan liquid, sediaan semi solid, maupun sediaan solid. Sediaan liquid memiliki beberapa jenis sediaan yaitu larutan, suspensi, dan emulsi. Sediaan liquid yang sering dijumpai dapat berupa produk obat sirup, obat kumur, obat tetes mata, obat tetes telinga, sabun cair dan lain sebagainya.

Pada sediaan tersebut seringkali ditambahkan eksipien untuk membantu sediaan agar menjadi sediaan yang baik, stabil dan aman. Sediaan liquid memiliki beberapa keunggulan yaitu dari segi kesukaan lebih disukai dari berbagai kalangan karena dapat dimodifikasi atau dikembangkan sesuai dengan kebutuhan konsumen, dari segi pemberian dosis sediaan liquid dapat divariasikan sesuai kebutuhan atau keadaan pasien dengan alat takar seperti sendok takar atau cup takar sehingga relatif akurat pada setiap pemberian dosisnya dan dari segi absorpsi sediaan liquid lebih cepat di absorpsi dari sediaan lainnya.

Eksipien Sediaan liquid

Kekurangan dari sediaan liquid adalah Karena sifatnya berada dalam cairan, bentuk sediaan ini kurang stabil dan memiliki umur simpan lebih pendek daripada bentuk sediaan lainnya, dengan demikian persyaratan penyimpanannya biasanya lebih sempit, dan lebih rentan terhadap mikroorganisme bakteri. Pada pembuatan sediaan liquid diperlukan bahan eksipien yang dapat menutupi atau memperbaiki kekurangan dari sediaan liquid dan juga membantu dalam pembuatan sediaan tersebut.

Eksipien yang digunakan dalam pembuatan sediaan liquid yaitu Solvents atau vehicles digunakan untuk melarutkan obat dan eksipien lainnya yang digunakan dalam formula, Co-solvents digunakan untuk meningkatkan kelarutan zat obat di dalam pelarut, Surfactant digunakan untuk meningkatkan kelarutan zat obat di dalam pelarut, Preservative digunakan untuk Mencegah pertumbuhan mikroba dalam formulasi yang dapat timbul pada masa penyimpanan untuk waktu yang lama, Viscosity modifiers digunakan untuk mengontrol viskositas formulasi, Buffers digunakan untuk Mengatur pH dalam formulasi agar sesuai dengan pH tujuan pemberiannya, Thickening agents digunakan untuk mencegah terjadinya pengendapan atau sedimentasi dengan modifikasi viskositas, Chelating agents digunakan untuk Meningkatkan stabilitas zat obat, Flavouring agents digunakan untuk meningkatkan palatabilitas formulasi cairan oral, Colourants digunakan untuk meningkatkan penampilan estetika formulasi, Antifoaming agents digunakan untuk mencegah pembentukan busa stabil, Humectants digunakan untuk memperlambat penguapan pelarut, Emulsifying agents digunakan untuk mencegah koalesensi dari butiran yang terdispersi, Flocculating agents digunakan untuk mencegah caking, dan Antioksidan digunakan untuk mengontrol reaksi oksidasi.

Antioksidan

Salah satu zat yang ditambahkan adalah zat antioksidan yang digunakan untuk mengontrol oksidasi. Reaksi oksidasi dapat dicegah dengan melakukan beberapa modifikasi sediaan atau formula seperti dengan melakukan penyesuaian pH, menambahkan zat agen chelating atau antioksidan, atau melakukan perlindungan dari cahaya dan oksigen. Contoh dari zat antioksidan adalah Natrium bisulfit, asam askorbat, butil hidroksitoluena, dan Butil hidroksianisol.

Antioksidan merupakan salah satu bahan aditif yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi oksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid. Reaksi oksidasi merupakan salah satu proses destruktif yang dapat memutus rantai molekul dan menghasilkan radikal bebas.

Butylated hydroxyanisole

Butylated hydroxyanisole adalah zat antioksidan yang merupakan gabungan dari 2 senyawa fenol isomerik, yaitu 2-tert-butyl-4-hydro- xyanisole dan 3-tert-butyl-4-hydroxy-ani-sole. Butylated hydroxyanisole memiliki pemerian sebagai bubuk kristal putih atau hampir putih atau padatan lilin putih kekuningan dengan aroma aromatik yang samar.

Butylated hydroxyanisole memiliki kelarutan berupa tidak larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dalam propilenglikol, dalam kloroform, dan dalam eter. Butylated hydroxyanisole adalah antioksidan yang juga memiliki sifat antimikroba, sehingga sering digunakan dalam berbagai sediaan kosmetik, makanan, dan obat-obatan.

Butylated hydroxyanisole digunakan untuk menunda atau mencegah ketengikan oksidatif dari lemak dan minyak dan untuk mencegah hilangnya aktivitas vitamin yang larut dalam minyak. Butylated hydroxyanisole sering digunakan dalam bentuk kombinasi dengan antioksidan lain, terutama hydroxytoluene dan alkyl gallate butylated, dan dengan sequestrant atau sinergis seperti asam sitrat.

Butylated hydroxyanisole merupakan zat yang fotolisis atau jika terkena paparan cahaya dapat menyebabkan perubahan warna dan hilangnya aktivitas Butylated hydroxyanisole. Butylated hydroxyanisole harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering.

Butylated hydroxyanisole memiliki kemampuan antioksidan baik dilihat dari ketahanannya terhadap tahap-tahap pengelolaan maupun stabilitasnya pada produk akhir. Butylated hydroxyanisole pada proses absorpsi akan diserap oleh gastrointestinal dan dimetabolisme dan diekskresikan dalam urin dengan kurang dari 1% tidak berubah dalam waktu 24 jam konsumsi.

Metabolit utama dari Butylated hydroxyanisole adalah glukoronida, eter sulfat, dan Tert-Butil Hidroksi Quinon (TBHQ) yang merupakan senyawa fenol bebas. Metabolit-metabolit ini diekskresikan di urin, sedangkan Butylated hydroxyanisole yang belum mengalami perubahan akan dieliminasi melalui feses.

Bagian aktif dari Butylated hydroxyanisole yang bertindak sebagai antioksidan adalah cincin aromatis terkonjugasinya yang dapat bertindak sebagai stabilisator untuk radikal bebas, sehingga reaksi radikal bebas selanjutnya dapat dihindari. Antioksidan sintetik seperti Butylated hydroxyanisole diketahui memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan vitamin E.

Namun, Butylated hydroxyanisole sebagai antioksidan sintetik juga menunjukkan solubilitas yang rendah dan aktivitas antioksidan yang sedang. Saat ini terdapat penelitian yang mengatakan tentang efek karsinogenik dari BHA, tetapi belum ada indikasi yang dapat memperlihatkan bahwa BHA bersifat genotoksik yaitu mekanisme utama bagaimana BHA dapat menyebabkan kanker masih belum diketahui. Sehingga pemakaiannya masih diperbolehkan dengan jumlah yang telah ditentukan oleh BPOM.

Kesimpulan 

Butylated hydroxyanisole adalah antioksidan yang juga memiliki sifat antimikroba, sehingga sering digunakan dalam berbagai sediaan kosmetik, makanan, dan obat-obatan. Pada umumnya, tujuan Butylated hydroxyanisole adalah untuk meningkatkan stabilitas, khususnya untuk sediaan yang memiliki bahan yang mudah mengalami oksidasi. Namun, penggunaan zat aditif sintesis seperti Butylated hydroxyanisole dapat menimbulkan efek karsinogenik seperti pemicu kanker, menyebabkan reaksi alergi dan pada dosis besar dapat berefek pada fungsi ginjal dan hati. Sehingga penggunaannya dibatasi dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

Sumber :

Fadillaha, G., Elsa N. K. P., dan Syahna F. 2018. Modifikasi Elektroda Pasta Karbon (EPK) Menggunakan Grafena Oksida (GO) Untuk Penentuan Butil Hidroksi Anisol Ssecara Volumetri. Jurnal Kimia Riset. Vol 3(2): 89-94.

Fitri, N. 2014. Butylated hydroxyanisole sebagai Bahan Aditif Antioksidan pada Makanan dilihat dari Perspektif Kesehatan. Jurnal Kefarmasian Indonesia. Vol 4(1):41-50.

Kemenkes RI. 2014. Farmakope Indonesia V. Jakarta: Kemenkes RI.
Pharmapproach. 2020. Understanding Pharmaceutical Liquid Dosage Forms. Tersedia secara online pada https://www.pharmapproach.com/understanding-pharmaceutical-liquid-dosage-forms/ [Diakses pada 17 Juni 2020].

Rowe, R. C.; P. J. Sheskey; dan M. E. Quinn. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. London: Pharmaceutical Press.”

Penulis ; Nabilah Azka Nihlah, Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

farset: Situs http://gudangilmu.farmasetika.com/ merupakan sebuah website tutorial yang berisi “Gudang Ilmu Farmasi” atau kumpulan tulisan maupun data (database) dan fakta terkait kefarmasian yang dikategorikan kedalam pengetahuan yang cenderung tidak berubah dengan perkembangan zaman.
Related Post