eksipien farmasi

Mengenal Bahan Eksipien Farmasi dan Kegunaannya

GudangIlmuFarmasi – Eksipien merupakan bahan selain zat aktif yang ditambahkan dalam formulasi suatu sediaan untu berbagai tujuan dan fungsi. Eksipien mempunyai peranan yang penting dalam formulasi tablet karena tidak ada satupun zat aktif yang dapat langsung dikempa menjadi tablet tanpa membutuhkan eksipien (Sulaiman, 2007).

Daftar Isi

Kegunaan Eksipien

Pada umumnya, komposisi sediaan solid terdiri atas zat aktif dan eksipien. Fungsi eksipien dalam sediaan solid menurut anwar (2012) adalah sebagai berikut:

  1. Bahan Pengisi (Filler)

Bahan pengisi diperlukan pada sediaan padat khususnya tablet, yang berfungsi untuk meningkatkan atau memperoleh massa agar mencukupi jumlah massa campuran sehingga dapat dikompresi/dicetak. Selain itu, bahan pengisi pada kapsul berfungsi untuk mengisi kapsul yang digunakan. Bahan pengisi juga berfungsi untuk menetapkan berat sediaan yang akan diproduksi, dan memperbaiki laju alir massa sehingga mudah dikempa.

Pemilihan bahan pengisi harus mempertimbangkan syarat-syarat eksipien yang meliputi inert, stabil secara fisik dan kimia, bebas dari mikroba perusak dan pathogen, mendukng bioavailabilitas, tersedia dalam perdagangan dan harga relatif murah.

  1. Bahan Pengikat (Binder)

Bahan pengikat merupakan eksipien yang digunakan dalam formulasi sediaan tablet yang memberikan gaya kohesif yang cukup pada serbuk antar partikel eksipien sehingga membentuk struktur tablet yang kompak dan kuat setelah pencetakan. Bahan pengikat tidak boleh menghalangi disintegrasi tablet maupun pelepasan zat aktif untuk diabsorbsi. Bahan ini dapat ditambahkan dalam bentuk kering, pasta (mucilago), cairan atau larutan.

Penggunaan binder dalam jumlah yang tidak sesuai akan mengakibatkan berbagai permasalahan, jika jumlahnya kurang dalam tablet akan menyebabkan capping, lamination, sticking, picking dan filming. Namun bila penggunaannya berlebihan dapat meningkatkan kekerasan tablet yang mengakibatkan tablet sukar hancur.

  1. Bahan Penghancur (Disintegrant)

Disintegran merupakan eksipien yang berfungsi untuk memfasilitasi hancurnya tablet ketika terjadi kontak dalam saluran cerna. Disintegran bekerja dengan menarik air ke dalam tablet, mengembang dan menyebabkan tablet pecah menjadi bagian-bagian kecil.

Ada beberapa mekanisme aksi disintegran, yaitu:

  1. Swelling: Masuknya air ke dalam tablet menyebabkan disintegrant mengembang dan tekanan diseluruh bagian tablet mengakibatkan ikatan partikel dalam tablet akan pecah. Sejumlah disintegrant akan  mengembang hingga derajat tertentu, tetapi swelling atau mengembang bukanlah menkanisme tunggal dari sebuah disintegrant.
  2. Heat of Wetting: disintegran bila terbasahi air atau kelembaban menimbulkan panas akibat reaksi. Panas menyebabkan udara yang terperangkap dalam tablet bergerak memperbesar volume yang menimbulkan desakan berupa tekanan pada granul sehingga tablet menjadi pecah/hancur.
  3. Deformation Recovery: Partikel disintegrant akan berubah bentuk saat dikempa menjadi tablet. Pada saat ada kelembapan, partikel disintegrant akan kembali ke bentuk semula, sehingga akan merubah bentuk (deformasi) dari tablet, sehingga tablet pecah.
  4. Repulsion Theory: masuknya air secara kapiler ke dalam tablet menyebabkan rusaknya ikatan hydrogen sehingga ikatan adhesif berkurang diikuti dengan bertambahnya sifat kohesif intrapartikel. Keadaan ini menyebabkan partikel-partikel tang berlainan saling tolak menolak dan tablet menjadi hancur.
  5. Water Wicking: masuknya air ke dalam tablet diikuti dengan pembentukan lorong-lorong seperti rajutan atau anyaman di dalam tablet. Air yang terus bergerak membentuk lorong yang lebih besar sehingga dinding lorong tersebut terkikis. Keadaan ini menyebabkan tablet menjadi rapuh dan hancur.
Baca :  Hal Penting yang Harus Diperhatikan untuk Obat Berbentuk Suspensi

 

  1. Bahan Pelincir (Lubrikan)

Suatu pelincir diharapkan dapat mengurnagi gesekan antara dinding tablet dengan dinding die pada saat tablet akan ditekan ke luar. Mekanisme pelincir ada 2 jenis, yaitu:

  1. Pelincir dengan cairan, karena adanya dua permukaan tampak terpisah menjadi lapisan yang dibatasi oleh cairan yang merupakan fase kontinu (cairan lubrikan).
  2. Pelincir dengan pelapisan, dihasilkan oleh sifat menempel pada gugus polar molekul dengan karbon rantai panjang pada permukaan logam dinding dies.

Pemberian lubrikan harus sesuai jumlahnya. Kekurangan lubrikan yang relatif banyak dapat menyebabkan tablet mengalami goresan pada tepinya, sehingga kurang halus dan dapat menyebabkan fraktur/pecah pada bagian atas. Kelebihan lubrikan dapat menyebabkan tablet pecah berkeping-keping saat dikeluarkan.

  1. Antilekat (Anti-adherent)

Antilekat bertujuan untuk mengurangi melengket atau adhesi bubuk dan granul pada permukaan punch atau dinding die. Antilekat yang efisien untuk permukaan punch namun tidak larut air adalah DL-leusin.

  1. Bahan Pelicin (Glidant)

Pelicin bertujuan untuk memacu aliran serbuk atau granul dengan jalan mengurangi gesekan di antara partikel-partikel.glidan cenderung mengurangi adhesivitas, sehingga mengurangi gesekan antar partikulat dari sistem secara menyeluruh. Seperti lubrikan, glidan diperlukan pada permukaan partikel sehingga harus dalam keadaan halus dan secara tepat dimasukkan ke dalam cmapuran massa tablet.

Penggunaan glidan yang terlalu sedikit akan mengakibatkan sticking, yang ditunjukkan oleh permukaan tablet menjadi lembab. Tahap awal dari sticking biasanya adalah filming pada permukaan punch. Kondisi yang lebih parah dari sticking yaitu picking, terjadi ketika bagian permukaan tablet terangkat atau keluar dan menempel pada permukaan punch.

Contoh eksipien menurut fungsinya antara lain:

  1. Pengisi : laktosa

Keuntungan :Laktosa merupakan eksipien yang baik sekali digunakan dalam tablet yang mengandung zat aktif konsentrasi kecil karena mudah melakukan pencampuran yang homogen. Harga laktosa lebih murah dari pada bahan pengisi lainnya (Siregar, 2010). Umumnya formulasi memakai laktosa menunjukkan laju pelepasan obat yang baik, granulnya cepat kering, dan waktu hancurnya tidak terlalu peka terhadap perubahan pada kekerasan tablet. Laktosa menghasilkan kompresibilitas yang baik, tidak berbau dan bersifat inert (Lachman, 1994).

Kerugian :laktosa tidak dapat bergabung (inkompatibel) dengan asam askorbat, salisilamida, pirilaminmaleat, dan fenil efrin hidroklorida (Siregar, 2010). Laktosa adalah bahan yang bersifat kompresibel, sifat alirnya kurang baik, dapat menyerap kelembapan dari udara sehingga kemungkinan dapat berpengaruh pada sifat fisik tablet (Sulaiman, 2007). Laktosa dapat berubah warna dengan adanya basa amin dan Mg-stearat (Lachman, 1994).

2. Pengikat : PVP (PolivinilPirolidon)

Keuntungan :Sebagai perekat yang baik dalam larutan air atau alkohol, mempunyai kemampuan sebagai pengikat kering (Banker and Anderson, 1986).  Berdasarkan penelitian Muktamar (2007), PVP bagus untuk  proses penggranulan, hasil granul lebih cepat kering, memiliki sifat alir yang baik, sudut diam minimum, menghasilkan fines lebih sedikit dan daya kompatibilitasnya lebih baik sehingga dapat menghasilkan tablet yang lebih bagus. PVP dapat membentuk ikatan kompleks dengan bebagai molekul obat sehingga banyak obat-obat yang kelarutannya meningkat dengan adanya PVP, dimana ikatan PVP lebih lemah sehingga lebih mudah melepaskan obatnya. Tidak mengeras selama penyimpanan (Lachman, 1994).

Baca :  Emulsi dan Teknologi High Internal Phase Emulsion

Kerugian :jika menggunakan PVP dalam etanol anhidrat. Jangan menggunakan  isopropanol anhidrat karena meninggalkan bau pada granul. PVP sifatnya higroskopis sehingga dapat mengakibatkan  tablet  menjadi basah (Lachman, 1994).

3. Lubrikan : Magnesium stearat

Keuntungan: Menurut penelitian Deniar (2010), magnesium stearate memiliki keuntunganya itu tidak higroskopis.

Kerugian :Tablet asetosal dengan Mg stearat lengket,  seharusnya digunakan asam stearat (yang mikronize karena fungsi lubrikan adalah antar partikel sehingga kalau halus akan terselimuti olehl ubrikan). Konsentrasi Mg stearat sebagai lubrikan maksimal 2%. Jika terlalu besar akan terjadi laminatin (Lachman, 1994). Sifat hidrofobik dari magnesium stearat akan menghalangi proses pecahnya tablet sehingga obat akan sulit terdispersi dalam medium  air (Deniar, 2010)

4. Glidan : Talk

Kelebihan : dapat memperbaiki daya aliran bahan yang akan ditabletisasi, mengurangi penyimpangan massa, meningkatkan ketepatan ukuran tabet dan dapat mengurangi keterikatan antar partikel pada saat di cetak sehingga dapat memberikan sifat alir yang baik.

kekurangan : tidak dapat dicampurkan dengan komponen ammonium kuartener, dapat menurunkan disintegrasi dan disolusi tablet

5. Desintegran :amylum

kelebihan : sebagai bahan penghancur karena granulnya mampu mengembang apabila kontak dengan air dan amilosa, aksi kapiler yang lebih dominan dari pengembangan, dan juga dapat menghasilkan gaya tolak antar partikel antara konstituen tablet apabila kontak  dengan air dan bagian hidrofilik dari amilum

Kerugian :Amylum yang digunakan sebagai penghancur luar haruslah amylum kering karena dengan adanya air akan menurunkan kemampuannya sebagai penghancur. Pengeringan amylum dilakukan pada suhu 70 °C karena pada suhu ini tidak terjadi gelatinasi dari amylum (Siswandono, 1988). Penggunaan amylum  yang  terlalu banyak (maksimal 30%) menyebabkan tablet tidak dapat dicetak karena kompresibilitasnya sangat jelek. Mengandung kadar air 11-14%; akan menyebabkan tablet terdisintegrasi dengan cepat (Lachman, 1994)Tablet yang mengandung amilum dengan konsentrasi tinggi menunjukkan tablet yang rapuh dan sukar dikeringkan. Amilum yang tidak dimodifikasi tidak mempunyai sifat kompresibilitas yang baik dan mempunyai friabilitas yang besar, dan akan terjadinya capping pada tablet jika digunakan dalam jumlah besar. Amilum harus dalam keadaan kering, jika fungsinya sebagai penghancur. Jika bercampur dengan air maka sifat penghancurnya akan berkurang (Banker and Anderson, 1994). 

6. Absorben : aerosil

Keuntungan :Terdispersi tinggi, memiliki luas permukaan spesifik yang tinggi dan terbukti sangat menguntungkan sebagai bahan pengatur aliran. Aerosil dapat mengatasi lengketnya partikel satu sama lainnya sehingga mengurangi gesekan antar partikel. Selain itu aerosol mampu mengikat lembab, melalui gugus sianolnya (menyerap air 40% darimassanya) dan sebagai serbuk masih mampu mempertahankan daya alirnya yang baik (Voigt, 1984). Penambahan aerosol pada tablet akan menyebabkan penampilan tablet yang bagus, jernih dan mengkilat (Lachman,1994).

Kerugian :Jumlah aerosil yang ditambahkan tidak boleh lebih dari 3% karena aerosol bersifat voluminous dan menyerap air sehingga tablet dapat membatu yang menyebabkan waktu hancur lebih lama (Parrott, 1971).

7. Pengawet : metil benzoate

Keuntungan: Metil paraben lebih sering digunakan karena zat ini mudah larut dalam air sehingga mudah menyatu dengan bahan-bahan lain ketika dalam pembuatannya, Mencegah pertumbuhan bakteria dan menghindari produk kosmetik daripada berkulat

Baca :  Reologi dalam Aspek Pemrosesan Produk Farmasi

Kerugian : Sabun cepat terhakis apabila direndam atau terdedah pada udara, Bertindak balas dengan UV B hingga boleh mengakibatkan peningkatan kerosakan DNA dan penuaan kulit jika digunakan secara berlebihan

8. Antioksidan : asam askorbat

Keuntungan: mampu menangkal berbagai radikal bebas ekstraseluler (Lachman, 1994).

Kerugian :Pengunaan avicel akan mempercepat oksidasi vitamin C. Metode dengan granulasi basah akan menyebabkan waktu hancuryang tidak baik (Lachman, 1994).

Pertimbangan dalam Pemilihan Eksipien untuk Tablet

Tujuan Penambahan Eksipien:

  1. Menghasilkan pelepasan bahan obat yang baik
  2. Mendapatkan sifat – sifat fisik dan mekanik yang baik
  3. Memudahkan proses manufaktur

Syarat Eksipien, diantaranya :

  1. Inert (secara kimia dan fisiologis)
  2. Organoleptis tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa (kecuali corrigenodoris, coloris dan saporis)
  3. Ekonomis : murah dan mudah didapat
  4. Sedapat mungkin berfungsi lebih dari 1 (efisien)

Eksipien yang dibutuhkan dalam formulasi sediaan padat begitu banyak (jenis dan fungsinya),dengan pilihan yang beragam pula. Dalam beberapa decade terakhir, produsen terus mengembangkan dan meriset berbagai eksipien generasi baru dengan berbagai sifat kimia-fisikadan keunggulannya. Dalam memilih eksipien, dituntut kejelian dan kecerdasan dari formulatorsehingga dapat dihasilkan suatu tablet yang bermutu (aman, manjur, acceptable dan stabil).

Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih eksipien seperti: sifat fisika kimia zataktif dan eksipien, proses/metode pembuatan, cara/rute pemakaian, dosis dan profil pelepasanyang dinginkan, dan lain sebagainya. Semua pertimbangan tersebut harus dikaji secarakomprehensif, sehingga akan dapat dihasilkan suatu formula yang baik. Prinsip dasar yang dapatmenjadi landasan adalah penggunaan eksipien sebaiknya dalam jumlah (jenis dan kuantitas) yang sesedikit mungkin untuk menghindari interaksi yang lebih besar yang mungkin terjadi antarkomponen yang ada. Sebaliknya suatu ketika mungkin akan dibutuhkan jumlah (jenis dan kuantitas) yang besar untuk mencapai tujuan tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Effionora. 2012. Eksipien dalam Sediaan Farmasi. Jakarta: Dian Rakyat.

Banker, G.S. dan Anderson, N.R. 1994. Tablet In the Theory and Practice ofIndustrial Pharmacy, Ed III. Diterjemahkan Oleh Siti Suyatmi. Jakarta: UI Press

Deniar, Winardani. 2010. Optimasi Formula Tablet Dispersible Natrium Diklofenak Dengan Bahan Penghancur Explotab dan Bahan Pelicin Magnesium Stearat. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta

Muktamar, Tin Ridha. 2007. Pengaruh Penambahan PVP (PolivinilPirolidon) Sebagai Bahan Pengikat Terhadap Sifat Fisik Dan Profil Disolusi Tablet Parasetamol Dengan Metode Granulasi Basah. Surakarta: Universitas Muhammadiyah

Lachman, L, Lieberman, H, A, dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi III, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, UI – Press

Parrott, E.L. 1971. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics. Mineapolis: Burgess Publishing Company

Siregar, C.J.P. dan Wikarsa, S. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Dasar-Dasar Praktis. Jakarta: EGC

Siswandono dan Soekardjo. 1988. Kimia Medisinal. Surabaya: Penerbit Airlangga University Press

Sulaiman, T.N.S. 2007. Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet, Cetakan Pertama. Yogyakarta: Mitra Communications Indonesia

Penulis : Muhammad Naufal Mu’tashim

About Nasrul Wathoni

Nasrul Wathoni, Ph.D., Apt. Pada tahun 2004 lulus sebagai Sarjana Farmasi dari Universitas Padjadjaran. Gelar profesi apoteker didapat dari Universitas Padjadjaran dan Master Farmasetika dari Institut Teknologi Bandung. Gelar Ph.D. di bidang Farmasetika diperoleh dari Kumamoto University pada tahun 2017. Saat ini bekerja sebagai dosen dan peneliti di Departemen Farmasetika, Farmasi Unpad.

Check Also

48 Daftar Obat Baru yang Disetujui FDA Tahun 2019

GudangIlmuFarmasi – Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat telah menyetujui total 48 obat baru …