Mengenal Antibiotik dan Resistensi Antibiotik

GudangIlmuFarmasi – Antimikroba merupakan obat untuk memberantas infeksi yang disebabkan oleh mikroba pada manusia. Sedangkan antibiotik adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh fungi mau pun secara sintetik yang dapat menghentikan perkembangan bakteri dan mikrorganisme lainnya (Utami, 2011).

Daftar Isi

Definisi antibiotik

Antibiotik merupakan salah satu obat ampuh bagi masyarakat untuk mengatasi berbagai penyakit. Antibiotik merupakan obat yang paling sering digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Berbagai macam studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara tidak tepat, contohnya untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotik. (Hadi, 2009).

Antibiotik merupakan sebuah substansi kimia yang bisa kita dapatkan dari macam-macam spesies mikroorganisme yang mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya. Antibiotik terdapat banyak di alam yang memiliki peranan penting dalam mengatur populasi mikroba dalam air, tanah, kompos, dan limbah.

Antibiotik memiliki susunan kimia dengan cara kerja yang berbeda, maka daro itu antibiotik mempunyai kuman standar tertentu. Dari berbagai jenis antibiotik yang telah ditemukan, hanya beberapa saja yang tidak toksik untuk dipakai dalam pengobatan.

Sejarah antibiotik

Sejarah antibiotik dimulai sejak dahulu kala. Dimulai dari peradaban Yunani dan Aztec dimana digunakannya filix max atau pakis pria dan minyak chenopodi sebagai obat cacing. Dan masih banyak pengobatan-pengobatan tradisional yang menggunakan fitroterapi dengan cara coba-coba. Tetapi, pada abad ke 16 diterapkan pengobatan sifilis pertama menggunakan air raksa (Tjay & Raharja, 2008).

Meskipun demikian, penemuan antibiotik pertama baru terjadi pada tahun 1910 dimana Paul Erlich menemukan antibiotik untuk infeksi mikroba yang disebut sebagai magic bullet. Antibiotik pertama itu merupakan salvarsan untuk melawan sipilis. Penemuan brilian itu kemudian diteruskan oleh Alexander Fleming pada tahun 1928 yang menemukan penisilin. Kemudian, Gerhard Domagk menjadi pembuka jalan bgi penemuan obat anti TB. Tahun 1943, anti TB pertama yaitu streptomycin ditemukan oleh Wakzman dan Schatz. Sesudah itu, antibiotik semakin dikenal (Utami, 2011).

Baca :  Buku Acuan Wajib Bagi Apoteker dalam Pelayanan Kefarmasian Untuk Terapi Antibiotik

Antibiotik awalnya berasal dari bakteri yang telah dilemahkan. Bakteri tersebut kemudian dapat membunuh bakteri lain yang ada dalam tubuh makhluk hidup. Mikroba terutama jamur adalah penghasil antibiotik yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan dari mikroba lain (Nastiti,2011).

Namun, bakteri kian resisten terhadap antibiotik seiring dengan berjalannya waktu. Sekitar tahun 1950 muncul jenis bakteri baru yang tidak dapat dilawan oleh penisilin. Tapi berkat inovasi dari para ilmuwan antibiotik baru semakin banyak ditemukan. Tetapi pada akhir 1960, kurangnya penemuan membuat dunia khawatir akan semakin banyaknya bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Hingga pada tahun 1999 ilmuan berhasil mengembangkan antibiotik baru namun sedikit terlambat karena sudah banyak bakteri yang resisten (Borong, 2012).

Klasifikasi Antibiotik

Antibiotik bisa diklasifikasikan berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu:

  1. Merusak bagian dinding sel bakteri, antara lain beta-laktam (penisilin, sefalosporin, monobaktam, karbapenem, inhibitor beta-laktamase), basitrasin, dan vankomisin.
  2. Menghambat sintesis protein antara lain, aminoglikosid, kloramfenikol, tetrasiklin, makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin), klindamisin, mupirosin, dan spektinomisin.
  3. Menghambat enzim-enzim esensial dalam metabolisme folat antara lain, trimetoprim dan sulfonamid.
  4. Mempengaruhi metabolisme asam nukleat antara lain, kuinolon, nitrofurantoin

Penggolongan Antibiotik berdasarkan daya kerjanya, yaitu:

1. Bakterisid

Antibiotika yang bekerja secara aktif untuk membasmi kuman, seperti sefalosporin, penisilin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol , rifampisin, polipeptida, isoniazid dan masih banyak lagi.

2. Bakteriostatik

Merupakan antibiotik yang tidak bisa memusnahkan kuman, antibiotika bakteriostika ini hanya dapat menghambat atau mencegah pertumbuhan kuman, sehingga pembasmian kuman hanya tergantung pada daya tahan tubuh. Sulfonamida, linkomisin, tetrasiklin, eritromisin, kloramfenikol, trimetropim, makrolida, asam paraaminosalisilat, dan klindamisin termasuk ke dalam golongan ini (Kemenkes, 2011).

Pertumbuhan bakteri biasanya dipengaruhi oleh berbagai jenis zat kimia dalam lingkungan, karena pengaruh zat kimia, maka biasanya bakteri akan seperti bergerak menuju atau bahkan menjauhi zat kimia tersebut. Hal tersebut terjadi apabila bakteri-bakteri tersebut tertarik dan bergerak mengarah pada zat kimia atau biasa disebut chemotaxis positif. Dan apabila sebaliknya, maka biasanya disebut dengan chemotaxis negatif. Apabila terdapat bakteri yang tidak bergerak biasanya disebut chemotropis (Zang, 2007).

Baca :  48 Daftar Obat Baru yang Disetujui FDA Tahun 2019

Daya kerja antibiotik

Daya kerja antibiotik dikategorikan ke dalam 4 cara, yaitu:

1. Hambatan sintesis dinding sel

Obat antibiotik dapat menghambat sintesis dinding sel dari mikroba, terutama bagi bakteri sefalosporin, basitrasin, penisilin, ristoferin, dan vankomisin.

2. Hambatan fungsi selaput sel

Salah satu contohnya yaitu amfoterisin B, kolistin, nistatin, polimiskin.

3. Hambatan sintesis protein

Hambatan sintesis protein diantaranya yaitu,

  1. Eythromisin
  2. Khlorampenikol
  3. Linkomisin
  4. Tetrasiklin
  5. Neomisin
  6. Streptomisin
  7. Netilmisin
  8. Tobramisi
  9. Makrolida
  10. Klindasimin
  11. Mupirosin
  12. Spektinomisin

4. Hambatan sintesis asam nukleat

Antibiotik yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah asam nalidiksat, rifampin, trimetoprin, sulfonamid, primetamin, dan novobiosin (Murray, 1995).

5. Hambatan enzim esensial dalam metabolisme folat

Beberapa antibiotik yang dapat digolongkan sebagai enzim yang bekerja sebagai penghambat enzim esensial dalam metabolisme folat adalah sebagai berikut :

Resistensi Antibiotik

Kemudian, antibiotik dapat menjadi resisten dengan ciri antibiotik tersebut tidak terhambat pertumbuhannya ketika diberikan antibiotik secara sistemik dalam dosisi normal yang semestinya dapat menghambat pertumbuhan bakteri itu. Sedangkan, ada suatu fenomena yang disebut dengan multiple drugs resistance yang merupakan kondisi ketika seseorang resisten terhadap dua atau lebih obat maupun klasifikasi obat. Lalu ada pula cross resistance yang merupakan resistensi suatu obat yang diikuti dengan obat lain meskipun tidak berhubungan (Tripathi, 2003).

Penyebab dari resistensi antibiotik ini terjadi karena penggunaannya yang berlenihan dan irasional. Bahkan, 40% dari penggunaan antibiotik ini dipakai untuk hal yang kurang tepat seperti infeksi virus.

Selain itu, berikut beberapa faktor yang membuat resistensi itu terjadi :

  1. Penggunaan yang kurang tepat
  2. Berbagai faktor yang berhubungan dengan pasien
  3. Peresepan dalam jumlah besar yang tidak terlalu penting
  4. Penggunaan monoterapi daripada menggunakan terapi kombinasi
  5. Perilaku hidup kurang sehat
  6. Adanya infeksi endemic atau pun epidemic
  7. Promosi besar-besaran yang menimbulkan salah persepsi di kalangan orang awam
Baca :  5 Hal Terkait Penggunaan Antibiotik yang Wajib Diketahui

(Kemenkes RI, 2011)

Daftar Pustaka

Borong, Meyta. F. 2012. Kerasionalan Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Rawat Inap Anak Rumah Sakit M.M Dunda Limboto Tahun 2011. Laporan Hasil Karya Tulis Ilmiah. Program Studi D-III Farmasi Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri GorontaloG

Hadi , U. 2009, Resistensi Antibiotik, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,Edisi V, Jilid III, Interna Publishing, Jakarta.

Kemenkes RII. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2406/ Menkes/ Per/ XII/ 2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Jakarta : Kemenkes RI

Nasititi, F. H.L. 2011. Pola Peresepan dan Kerasionalan Penggunaan Antimikroba pada Pasien Balita di Puskesmas Kecamatan Jatinegara. Skripsi. Program Studi Ekstensi Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Depok.

Murray , R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W.2009. Biokimia harper (27 ed.). Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Tjay dan Rahardja. 2008. Obat Obat Penting. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Tripathi, K.D. 2003. Essentials of Medical Pharmacology. New Delhi : Jaypee Brothers Medical Publisher

Utami, E. R., 2012. Sntibiotika, Resistensi, dan Rasionalitas Terapi. Jurnal Saintis, Volume I, Nomor 1, 125-135.

Zang , Y. 2007. Mechanisms of antibiotic resistance in the microbial world. USA : Baltimore

About Nasrul Wathoni

Nasrul Wathoni, Ph.D., Apt. Pada tahun 2004 lulus sebagai Sarjana Farmasi dari Universitas Padjadjaran. Gelar profesi apoteker didapat dari Universitas Padjadjaran dan Master Farmasetika dari Institut Teknologi Bandung. Gelar Ph.D. di bidang Farmasetika diperoleh dari Kumamoto University pada tahun 2017. Saat ini bekerja sebagai dosen dan peneliti di Departemen Farmasetika, Farmasi Unpad.

Check Also

48 Daftar Obat Baru yang Disetujui FDA Tahun 2019

GudangIlmuFarmasi – Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat telah menyetujui total 48 obat baru …