Hati-Hati dengan Makanan Ini Saat Mengonsumsi Obat

GudangIlmuFarmasi – Beberapa jenis makanan, termasuk juga beberapa makanan sehat, menimbulkan risiko interaksi dengan obat. Hal ini tidak berarti makanan ini tidak boleh dikonsumsi sama sekali, namun diperlukan kehati-hatian dalam mengonsumsinya saat Anda diharuskan meminum obat-obatan tertentu.

Umumnya direkomendasikan untuk memberikan jeda 2 hingga 4 jam antara obat dan makanan yang berinteraksi dengan obat. Konsultasikan dengan dokter mengenai obat-obatan dan makanan yang sedang/akan dikonsumsi.

Berikut ini beberapa jenis makanan yang dapat berinteraksi dengan obat-obatan.

Daftar Isi

Buah Grapefruit (Jeruk Bali Merah)

Jika Anda mengonsumsi obat-obatan golongan statin, seperti atorvastatin atau simvastatin, untuk menurunkan kadar kolesterol, hindari buah grapefruit. Grapefruit adalah buah jeruk besar berkulit oranye dengan daging merah keunguan, yang memiliki rasa asam-kecut sedikit manis tapi juga agak pahit. Buah ini dapat meningkatkan kekuatan obat ini dan meningkatkan risiko terjadinya efek samping, terutama nyeri pada otot.

Pisang, Sayuran Hijau, Jeruk, dan Pengganti Garam

Makanan ini tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan obat-obatan ACE inhibitor, seperti kaptopril, enalapril, dan lisinopril yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah atau mengobati gagal jantung, serta beberapa obat diuretik seperti triamterene yang digunakan untuk mengurangi retensi cairan dan mengobati tekanan darah tinggi. Makanan-makanan ini memiliki kadar kalium yang tinggi yang membantu menyediakan sinyal listrik pada sel-sel otot jantung dan sel lainnya. Mengonsumsinya bersamaan dengan obat-obatan tersebut dapat meningkatkan jumlah kalsium dalam tubuh dan menyebabkan detak jantung tidak beraturan atau palpitasi jantung—yang berpotensi meningkatkan risiko kematian.

Brokoli, Kubis Brussel, Kol, Kubis, dan Bayam

Makanan ini tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan warfarin karena kaya kandungan vitamin K yang dapat mengurangi kemampuan warfarin untuk mengencerkan darah. Pada penderita penyakit jantung, hal ini dapat memicu serangan jantung atau stroke. Saat memulai mengonsumsi warfarin, pertahankan asupan makanan secara konsisten dan jangan mengonsumsi sayuran hijau berlebih secara tiba-tiba.

Baca :  Bagaimanakah Perjalanan Obat Dalam Tubuh Bayi dan Anak-Anak? (Bagian 1)

Akar Manis Hitam/Real Black Licorice (atau Suplemen yang Mengandung Ekstrak Akar Manis)

Akar manis tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan digoksin yang digunakan untuk mengobati gagal jantung dan ritme jantung abnormal, juga sebaiknya tidak dikonsumsi bersamaan dengan sebagian besar obat-obat tekanan darah, pengencer darah, dan pil kontrasepsi. Akar manis hitam dan produk-produk yang mengandung ekstraknya mengandung glycyrrhizin yang dapat menyebabkan irama jantung tidak teratur atau bahkan kematian ketika dikombinasikan dengan digoksin. Glycyrrhizin dapat mengurangi efektivitas sebagian besar obat tekanan darah, memperkuat efek samping obat pengencer darah, serta meningkatkan tekanan darah dan menurunkan kadar kalium jika dikonsumsi dengan pil kontrasepsi.

Keju, Yoghurt, Susu, Suplemen Kalsium, dan Antasida yang Mengandung Kalsium

Konsumsi makanan yang mengandung kalsium dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk menyerap antibiotik tetrasiklin. Umumnya, tetrasiklin bekerja lebih baik jika diminum 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan.

Alkohol, Alpukat, Pisang, Cokelat, dan Salami (Daging Olahan)

Makanan-makanan tersebut mengandung tyramine, suatu jenis asam amino yang dapat meningkatkan tekanan darah jika dikonsumsi bersamaan dengan linezolid. Tyramine juga ditemukan dalam makanan-makanan yang sengaja didiamkan beberapa waktu untuk memperoleh rasa yang diinginkan, acar, serta makanan yang difermentasi dan diasap, seperti keju olahan, ikan teri, dan sosis kering. Alkohol dan metronidazol dapat menyebabkan rasa mual, kram perut, dan muntah-muntah.

Tepung Kedelai, Kenari, Makanan Tinggi-Serat

Makanan berserat tinggi ini dapat menghambat tubuh untuk mengabsorpsi obat-obat tiroid, seperti levotiroksin. Jika Anda mengonsumsi makanan tinggi serat, usahakan meminum obat setelahnya di waktu sore/malam. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa obat ini diabsorpsi lebih baik jika diminum sebelum tidur dibandingkan setengah jam sebelum sarapan seperti yang biasanya direkomendasikan dalam petunjuk.

Baca :  Revisi Protokol Tatalaksana COVID‐19 Juli 2021

Sumber: https://www.consumerreports.org/drug-safety/food-and-drug-interactions-you-need-to-know-about/

About Hafshah

Hafshah Nurul Afifah, S.Farm., Apt. meraih gelar sarjana dari Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran pada tahun 2012. Gelar apoteker diperoleh dari Program Studi Profesi Apoteker Universitas Padjadjaran pada tahun 2016. Tahun 2012 hingga 2013 bekerja full-time sebagai editor buku farmasi di CV. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Saat ini masih aktif sebagai editor dan penerjemah lepas.

Check Also

Cermati Obatmu Apakah ada Interaksi dengan Makananmu?

GudangIlmuFarmasi – InteraksI Obat adalah reaksi antara obat dengan obat lain, makanan, minuman ataua bahan …